Hari Minggu Panggilan Sedunia Ke-61

Dipanggil untuk Menabur Benih Harapan dan Membangun Perdamaian

Minggu - 21 April 2024

Jadwal Petugas Tata Tertib

Paroki Meruya

Info Lebih Lanjut

GEMA Newsletter

Gereja Maria Kusuma Karmel dalam Berita

Info Lebih Lanjut

Maria Kusuma Karmel

Mengalami Kehadiran Allah bersama Maria, Bunda dan Kusuma Karmel

Sambutan Romo Paroki

Pengumuman Gereja

KEGIATAN MENDATANG

Misa Harian

Hari Senin - Sabtu

  • 05.30 WIB

Misa Jumat Pertama

Hari Jumat Pertama Setiap Bulan

  • 19.30 WIB

Misa Minggu

Hari Sabtu

  • 16.30 WIB

Hari Minggu

  • 06.00 WIB
  • 08.30 WIB
  • 11.00 WIB
  • 16.30 WIB
  • 19.00 WIB - Misa Bernuansa Karismatik (tiap Minggu Ke-3)

Misa Online

Ditiadakan

RENUNGAN HARIAN

Kamis 25 April 2024

Bacaan Liturgis – Pesta Santo Markus, Penulis Injil, Kamis, 25 April 2024

  • Bacaan Pertama: 1 Petrus 5:5b-14

  • Mazmur Tanggapan: Kasih setia-Mu, ya Tuhan, hendak kunyanyikan selama-lamanya.

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3.6-7.16-17

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Kami memberitakan Kristus yang tersalib; Dialah kekuatan dan hikmat Allah. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Markus 16:15-20

Renungan Singkat : Tuhan Turut Bekerja

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, dengan menerima Sakramen Inisiasi seseorang memiliki sifat misioner. Karena itu, Gereja secara keseluruhan memiliki sifat misioner ini, demikian juga bagi setiap anggotanya.

Para Bapa Konsili Vatikan II menegaskannya dalam Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja (Ad Gentes, disingkat AG). Dekrit yang disahkan pada 7 Desember 1965 tersebut dibuka dengan kalimat pendek, “Kepada para bangsa Gereja diutus oleh Allah untuk menjadi “sakramen universal keselamatan” (AG, 1). Siapa yang diutus? Gereja, umat Allah, alias kita semua, Anda dan saya. Siapa yang mengutus? Allah. Siapa sasarannya? Bangsa-bangsa. Apa yang harus dilakukan? Menjadi sakramen universal, maksudnya, menjadi tanda dan sarana keselamatan bagi semua orang (universal). Bagaimana cara mewartakan Injil? Dengan taat kepada Yesus, Sang Pendiri Gereja. Itulah sebabnya para Bapa Konsili Vatikan II mengatakan, “Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hakiki sifat katoliknya, menaati perintah Pendirinya (Mrk 16:16), Gereja sungguh-sungguh berusaha mewartakan Injil kepada semua orang” (Ibid.).

Sifat misioner yang katolik, artinya berlaku umum bagi semua orang yang telah dibaptis (telah menerima Sakramen Inisiasi). Ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II demikian, “Pada hakikatnya Gereja peziarah bersifat misioner, sebab berasal dari perutusan Putra dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa” (AG, 2).

Pada nomor lain ditegaskan lagi sebagai berikut, “Seluruh Gereja bersifat misioner, dan karya mewartakan Injil merupakan tugas umat Allah yang mendasar” (AG, 35). Perlu dicatat bahwa sifat misioner tersebut termeterai pada diri seluruh Gereja. Artinya, “Setiap anggota Kristus yang hidup, semua orang beriman, yang melalui Baptis, Penguatan dan Ekaristi disaturaga-kan dan diserupakan dengan Dia, terikat kewajiban untuk menyumbangkan tenaga demi perluasan dan pengembangan Tubuh-Nya, untuk menghantar-Nya selekas mungkin kepada kepenuhan-Nya (Ef 4:13)” [AG, 36]. Perhatikan frasa “terikat kewajiban”. Artinya, ada suatu keharusan yang melekat dalam diri setiap anggota Gereja.

Karena sifatnya melekat, mungkin Anda bertanya, “Bisakah atau mampukah kita masing-masing melakukan kewajiban untuk meluaskan dan mengembangkan Gereja?” Jawabannya sederhana: Bisa! Pelaksanaannya yang tidak gampang namun tidak berarti tidak bisa dilakukan. Sebab, Allah lewat Putra-Nya tidak pernah memberi perintah yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Lantas bagaimana cara mewujudkannya?

Pertama, mau taat perintah. Contohlah para murid Yesus. Yesus yang bangkit memberi perintah kepada kesebelas murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk…” (Mrk 16:15). Kemudian apa yang mereka lakukan? Mereka taat! “Maka pergilah para murid memberitakan Injil ke segala penjuru” (ay. 20).

Kedua, mau berkolaborasi dengan Tuhan. Sebab, ini yang tidak boleh dilupakan, “Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (ay. 20). Seni menjadi utusan Allah justru terletak di sini, bahwa Dia yang mengutus mau turut bekerja dan menyertai kita. Inilah yang membuat kita percaya diri, karena kita tidak bekerja sendirian. Kita bekerja bersama Tuhan dan Tuhan bekerja bersama kita. Itulah sebabnya, kalau suatu saat mengalami kekhawatiran, Rasul Petrus memberi nasihat, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Dialah yang memelihara kamu” (1Ptr 5:7).

Ketiga, mau menghayati hidup Kristiani secara mendalam (AG, 36). Para Bapa Konsili Vatikan II menegaskan bahwa menghayati hidup Kristiani secara mendalam merupakan kewajiban yang pertama dan utama. Sebab, dari cara hidup yang demikian, kita sudah bersaksi di tengah dunia. Menjadi Injil yang hidup. Maka, mari kita semakin mengasihi Gereja, semakin peduli terhadap misi Gereja dan semakin bersaksi sebagai orang Katolik yang mau menghayati hidup Kristiani secara mendalam, bukan asal-asalan dan dangkal.

Saudari dan saudara, umat beriman, para utusan Allah, pergi, berkolaborasi dan bersaksi adalah tiga penopang penting dalam rangka mewujudkan semangat misioner Gereja. Mari kita wujudkan dengan segenap hati, baik secara personal maupun komunal. Ingat bahwa Tuhan turut bekerja. Semoga Santo Markus, penulis Injil, selalu mendoakan semangat misioner kita.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]

VIDEO HIGHLIGHT

Sebuah katekese singkat "Alleluia!" Oleh Romo Agustinus Ari Pawarto O.Carm