Renungan Harian

Renungan Harian 28 April 2024

Bacaan Liturgis – Minggu Paskah V, 28 April 2024

  • Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 9:26-31

  • Mazmur Tanggapan: Karena Engkau, ya Tuhan, aku melambungkan puji-pujian di tengah jemaat yang besar

  • Ayat Mazmur Tanggapan: Mzm 22:26b-27.28.30.31-32

  • Bacaan Kedua: 1 Yohanes 3:18-24

  • Ayat Bait Pengantar Injil: Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, sabda Tuhan. Siapa saja yang tinggal di dalam Aku, ia berbuah banyak. Alleluya.

  • Bacaan Injil: Yohanes 15:1-8

Renungan Singkat : Mencangkokkan Diri pada Yesus

Saudari dan saudara yang dikasihi Tuhan, tanda pengenal atau atribut biasanya ditunjukkan dalam bentuk benda. Tanda pengenal tersebut misalnya dipasang di topi atau pakaian seragam, yang menunjukkan bahwa seseorang adalah anggota dari kelompok atau korps tertentu. Contoh, tanda pengenal atau atribut yang dikenakan oleh seorang anggota yang mengenakan seragam Pramuka dan sebagainya.

Tanda pengenal juga bisa diketahui dari tindakan tertentu yang dilakukan pada saat tertentu. Misalnya, di sebuah rumah makan kita melihat ada seseorang yang sebelum makan membuat tanda salib dan berdoa serta menutupnya juga dengan membuat tanda salib. Tanda pengenal yang ditunjukkan lewat membuat tanda salib tersebut menandakan bahwa dia adalah seorang Katolik.

Yesus menunjukkan tanda pengenal tidak dalam bentuk barang yang melekat atau dilekatkan atau ditempelkan pada pakaian seseorang. Tanda pengenal yang ditunjukkan oleh Yesus yakni dalam bentuk tindakan atau sikap hidup.

Pertama, dalam bentuk tindakan saling mengasihi. Saling mengasihi adalah tindakan seseorang yang menjadi tanda pengenal atau atribut atau ciri bahwa dia adalah seorang murid Yesus. Tanda pengenal ini penting sehingga pada kesempatan lain Yesus berkata, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Yesus menghendaki agar kasih yang telah Dia berikan tidak berhenti dalam diri murid-murid-Nya namun mereka teruskan kepada yang lain sehingga yang lain bisa merasakan kasih-Nya. Itu berarti bahwa orang yang saling mengasihi tidak egois. Karena itu Rasul Paulus berkata bahwa kasih itu murah hati dan tidak mencari keuntungan diri sendiri (1Kor 13:4a dan 5a).

Kedua, dalam hidup yang berbuah. Dalam Injil hari ini Yesus menegaskan, “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yoh 15:8). Dengan hidup yang berbuah banyak, ada akibat ganda yakni Bapa dipermuliakan dan sekaligus menjadi ciri bahwa dirinya adalah seorang murid Yesus. Berbuah banyak seperti apa? Buah yang banyak itu mesti tampak dalam segala macam keutamaan Kristiani dan aneka perbuatan baik.

Bagaimana caranya agar hidup berbuah banyak? Yesus memberikan kiatnya melalui simbolisasi pokok anggur demikian, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:1-2.5).

Melalui simbolisasi pokok anggur, Yesus ingin menyatakan kepada para murid-Nya, betapa mutlak perlu mereka berakar dalam cinta kepada-Nya dan betapa membahagiakan selalu berpaut kepada-Nya. Itulah sebabnya dalam bahasa kiasan atau simbolisasi Yesus berkata kepada mereka bahwa Dia adalah pokok anggur yang benar dan para murid adalah ranting-rantingnya, yang bersatu di dalam Dia.

Santo Sirilus dari Aleksandria (380-444), seorang uskup dan ahli teologi termasyhur pada zamannya menjelaskan tentang maksud kiasan Yesus bahwa mereka itu, para murid, juga Anda dan saya, bisa dikatakan dicangkokkan dan dipersatukan dengan Yesus seolah-olah untuk ikut memiliki kodrat-Nya karena ikut menerima Roh Kudus; sebab kita dijadikan satu dengan Kristus Penyelamat oleh karena Roh Kudus. Itulah sebabnya dalam Injil hari ini Yesus menegaskan, ”Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (ay. 5). Di luar Yesus, kita tidak bisa berbuah. Di luar Yesus, terpisah dari Yesus, kita mati.

Para saudari dan saudara, sesama ranting-ranting dari pokok anggur yang benar, yakni Yesus, mari kita senantiasa menyatu di dalam Yesus. Mari kita tanggalkan kesombongan kita bahwa tanpa Dia kita bisa berbuat banyak hal. Jangan tertipu oleh pola pikir sendiri. Sebab hidup kita akan berbuah banyak, hanya jika kita selalu tinggal di dalam Dia, menyatu di dalam Dia, berakar di dalam Dia dan selalu mencangkokkan diri pada Yesus.

[RP. A. Ari Pawarto, O.Carm.]